Rabu, 09 September 2009

Usaha pengelolaan pembangunan sumberdaya lahan merupakan bidang usaha yang unik dan dinamis. Usaha ini memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan kegiatan pembangunan lainnya. Pembangunan sarana fisik merupakan kegiatan operasional yang umumnya bersifat unik, memiliki satu jangka waktu pelaksanaan yang tidak berulang, memiliki intensitas kegiatan dan menggunakan sumberdaya lahan yang beragam, serta melibatkan banyak disiplin ilmu.
Pelaksanaan proyek kegiatan pembangunan dihadapkan pada tiga kendala yaitu biaya, waktu, dan mutu hasil. Ketiga kendala ini dapat diartikan sebagai sasaran proyek, yang didefiniskan sebagai tepat biaya, tepat waktu, dan tepat mutu hasil. Sehubungan dengan karakteristik proyek yang dinamis diperlukan pengelolaan kegiatan yang baik agar ketiga sasaran tersebut dapat terpenuhi. Manajemen Proyek adalah kegiatan pengelolaan sumberdaya, melalui pengalokasian, dan penjadwalan sumberdaya untuk mencapai sasaran. Selalu terdapat kemungkinan tidak tercapainya suatu tujuan atau selalu terdapat ketidakpastian atas keputusan apapun yang diambil. Suatu kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan seluruh konsekuensi tidak menguntungkan yang mungkin terjadi disebut “risiko”. Konsekuensi tidak menguntungkan mengacu pada tidak terwujudnya sasaran proyek, yaitu tepat biaya, tepat waktu, dan tepat mutu hasil.
Di dalam kegiatan pembangunan terdapat sifat-sifat unik sehingga diperlukan sejumlah asumsi untuk memperkirakan data-data dan informasi yang belum tersedia selama proses berjalannya kegiatan, sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaan. Asumsi dan perkiraan yang digunakan harus dapat mendukung adanya ketidakpastian ini. “Risiko” yang dihadapi proyek bergantung pada asumsi dan perkiraan yang digunakan. Risiko yang akan dihadapi dalam proyek akan lebih berat kalau jangka waktu pelaksanaannya tidak berulang. Sehubungan dengan itu diperlukan manajemen risiko untuk melihat risiko-risiko yang dihadapi dan meninjau pengaruhnya terhadap sasaran kegiatan. Selanjutnya akan dapat direncanakan penanganan untuk meminimalisasi akibat buruknya sehingga dapat mendukung terwujudnya sasaran kegiatan.
Tahapan manajemen risiko meliputi perencanaan manajemen risiko, identifikasi risiko, analisa risiko, penanganan risiko, dan monitor terhadap risiko. Identifikasi risiko adalah langkah awal dalam penerapan manajemen risiko dan merupakan tahapan yang penting dalam pelaksanaan kegiatan. Melalui identifikasi risiko akan diketahui risiko-risiko apa saja yang terjadi selama pelaksanaan kegiatan sejak mulai dikerjakan sampai selesai. Selanjutnya akan diketahui seberapa potensial risiko-risiko tersebut dalam mempengaruhi tercapainya sasaran kegiatan.
Dalam masa pemulihan perekonomian akibat krisis yang melanda Indonesia ini pertumbuhan sektor pembangunan mengalami penurunan sejak tahun 2000. Dalam kondisi seperti itu secara umum permintaan sumberdaya lahan untuk berbagai kegiatan pembangunan menurun. Disamping itu pemerintah melalui Keppres nomor 18 tahuin 2000 tentang Jasa Konstruksi Pembangunan telah membuka sekat kedaerahan untuk perusahaan jasa konstruksi dimana apabila selama ini untuk proyek-proyek pemerintah dalam nominal kecil harus dikerjakan kontraktor lokal dalam lingkup daerah Kota/Kabupaten, maka dengan diberlakukannya Keppres ini suatu perusahaan jasa konstruksi pembangunan dapat mengerjakan proyek-proyek dengan nominal kecil di seluruh wilavah Republik Indonesia tanpa ada batasan-batasan seperti pada periode sebelumnya. Ini berarti persaingan diantara perusahaan jasa konstruksi klasifikasi kecil semakin ketat dan diperlukan strategi untuk dapat bersaing disamping diperlukannya strategi pemasaran bagi industri jasa konstruksi berskala kecil dimana selama ini dalam industri jasa konstruksi skala kecil marketing kurang begitu diperhatikan.


II. RISIKO DAN PENGERTIANNYA

Kangari (1995) menuliskan penelitiannya yang berjudul Risk Management Perceptions and Trends of US. Construction. Dari penelitian ini diketahui persepsi pengelola pembangunan mengenai alokasinya dan importance risiko-risiko konstruksi yang berlaku pada proyek-proyek konstruksi di Amerika Serikat. Pengolahan data dilakukan secara deskriptif. Hasil identifikasi adalah sebagai berikut.
Risiko yang penting:
- Produktivitas tenaga kerja dan peralatan
- Kualitas pekerjaan
- Keselamatan kerja
- Kemampuan kontraktor .

Resiko yang kurang penting:
- Ketersediaan material, tenaga kerja, dan peralatan
- Kerusakan material
- Inflasi
- Kuantitas pekerjaan aktual
- Perselisihan tenaga kerja
- Kegagalan keuangan pihak-pihak yang terlibat
- Negosiasi untuk change-order
- Ganti rugi / indentification
- Proses penyelesaian perpanjangan kontrak.

Berbagai penelitian mengidentifikasi risiko-risiko yang dihadapi kegiatan pembangunan sumberdaya lahan seperti pada Tabel 1.



Tabel 1. Risiko-risiko yang dihadapi oleh kegiatan pembangunan sumberdaya lahan

Risiko Sumber Sumber Predictable/
Unpredictable Area
Risiko alam / natural:
Acts of God Eksternal Unpredictable Konstruksi
Kerugian akibat kebakaran/kecelakaan Internal Unpredictable Konstruksi
Risiko desain kegiatan:
Perubahan lingkup pekerjaan Internal Predictable Kontraktual
Teknologi baru Internal Predictable Kontraktual
Konstruksi
Spesifikasi Internal
Teknis Predictable Kontraktual
Kerugian/keterlambatan akibat differing site / perubahan Desain Teknis Predictable Kontraktual
Konstruksi
Risiko logistik
Kerugian/keterlambatan akibat keterlambatan/
Kerusakan material Internal Predictable Konstruksi
Kerugian/keterlambatan akibat ketersedian sumberdana Eksternal 'Predictable Konstruksi
Akses menuju lokasi Internal Predictable Kontraktual
Keterlambatan menemukan dan menyelesaikan masalah Internal Predictable Kontraktual
Risiko finansial :
Ketersediaan dana proyek
Internal Predictable Kontraktual
Kecukupan kas Internal Predictable Kontraktua
Kurs tukar mata uang dan inflasi Eksternal Predictable Konstruksi
Kontraktual
Estimasi biaya yang terlalu rendah Internal Predictable
Kesalahan kontraktor dalam hal kemampuan Internal Predictable Kontraktual
Cost overrun’s karena keterlambatan Internal
Predictable

Konstruksi



Legal dan peraturan:
Masalah perizinan dan lisensi Eksternal Unpredictable Konstruksi
Third or liability Eksternal Unpredictable Kontraktual
Tanggung jawab / liability diri sendiri Internal Predictable Konstruksi
Kontraktual
Kegagalan kontrak Internal Predictable Kontraktual
Perubahan peraturan Eksternal Unpredictable Konstruksi
Risiko politik:
Kerugian/keterlambatan karena perang/revolusi di lokasi proyek Eksternal Unpredictable Konstruksi
Perubahan hukum ekonomi Eksternal Unpredictable Konstruksi
Sumber: Smith dan Bohn, 1999
2.1. Konsep Risiko

2.1.1. Pengertian Risiko
Untuk memahami konsep risiko (risk) dalam kegiatan pengelolaan sumberdaya untuk pembangunan perlu dipahami pengertian mengenai risiko. Berikut ini dijelaskan pengertian mengenai risiko menurut beberapa sumber.
Risiko dapat dimaknai sebagai ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa. Pengertian lain menjelaskan bahwa risiko adalah kondisi dimana terdapat kemungkinan keuntungan / kerugian ekonomi atau finansial, kerusakan atau cedera fisik, keterlambatan, sebagai konsekuensi ketidakpastian selama dilaksanakannya suatu kegiatan pengelolaan lahan.
Pengertian risiko dalam konteks proyek dapat didefinisikan sebagai suatu penjabaran terhadap konsekuensi yang tidak menguntungkan, secara finansial maupun fisik, sebagai hasil dari keputusan yang diambil atau akibat kondisi lingkungan di lokasi suatu kegiatan. Jika dikaitkan dengan konsep peluang, “risiko” adalah peluang terjadinya kondisi yang tidak diharapkan dengan semua konsekuensi yang mungkin muncul yang dapat menyebabkan keterlambatan atau kegagalan kegiatan. Konsep risiko pada proyek pembangunan dapat dijelaskan sebagai “ukuran probabilitas dan konsekuensi dari tidak tercapainya suatu sasaran proyek yang telah ditentukan”.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa risiko adalah suatu kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan peluang kejadian tertentu yang jika terjadi akan menimbulkan konsekuensi tidak menguntungkan. Lebih jauh lagi risiko pada proyek adalah “suatu kondisi pada proyek yang timbul karena ketidakpastian dengan peluang kejadian tertentu yang jika terjadi akan menimbulkan konsekuensi fisik maupun finansial yang tidak menguntungkan bagi tercapainya sasaran proyek, yaitu biaya, waktu, mutu proyek”.

2.1.2. Risk dan Uncertainty
Meskipun risiko memiliki kaitan yang erat dengan ketidakpastian/ uncertainty, keduanya memiliki perbedaan. Ketidakpastian adalah kondisi dimana terjadi kekurangan pengetahuan, informasi, atau pemahaman tentang suatu keputusan dan konsekuensinya. Risiko timbul karena adanya ketidakpastian, karena ketidakpastian mengakibatkan keragu-raguan dalam meramalkan kemungkinan terhadap hasil-hasil yang akan terjadi di masa mendatang. Semakin tinggi tingkat ketidakpastian maka semakin tinggi pula risikonya.

2.1.3. Risk dan Opportunity
Kejadian di masa yang akan datang tidak dapat diketahui secara pasti. Kejadian ini atau suatu keluaran / output dari suatu kegiatan / peristiwa dapat berupa kondisi yang baik atau kondisi yang buruk. Jika yang terjadi adalah kondisi yang baik maka hal tersebut merupakan kesempatan baik (opportunity), namun jika terjadi hal yang buruk maka hal tersebut merupakan risiko.

2.1.4. Risk, Hazard, Peril, dan Losses

Konsep ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

Hazard Peril Losses

- Hazard adalah suatu keadaan bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya peril (bencana).
- Peril (bencana) adalah sutu peristiwa/kejadian yang dapat menimbulkan kerugian (losses) atau bermacam kerugian.
- Losses (kerugian) adalah kondisi negatif yang diderita akibat dari suatu peristiwa yang tidak diharapkan tetapi ternyata terjadi.


2.2. Manajemen Risiko

2.2.1. Pengertian Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah “suatu kegiatan yang dilakukan untuk menanggapi risiko yang telah diketahui (melalui rencana analisa risiko atau bentuk observasi lain) untuk meminimalisasi konsekuensi buruk yang mungkin muncul”. Untuk itu risiko harus didefinisikan dalam bentuk suatu rencana atau prosedur yang reaktif. Manajemen risiko bermakna sebagai semua rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan risiko, dimana didalamnya termasuk perencanaan (planning), penilaian (assesment) (identifikasi dan dianalisa), penanganan (handling), dan pemantauan (monitoring) risiko.
Jika lebih jauh lagi dikaitkan dengan fungsi manajemen secara keseluruhan maka manajemen risiko adalah suatu manajemen fungsional yang mendukung manajemen obyektif dengan sasaran adanya ketidakpastian di masa mendatang.
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut dapat disusun konsep manajemen risiko sebagai bentuk pengelolaan terhadap risiko untuk meminimalisasi konsekuensi buruk yang mungkin muncul melalui perencanaan, identifikasi, analisa, penanganan, dan pemantauan risiko.



2.2.2. Pentingnya Manajemen Risiko
Dalam dunia nyata selalu terjadi perubahan yang sifatnya dinamis, sehingga selalu terdapat ketidakpastian. Risiko timbul karena adanya ketidakpastian, dan risiko akan menimbulkan konsekuensi tidak menguntungkan. Setiap aktivitas manusia selalu mengandung risiko karena adanya keterbatasan dalam memprediksikan hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. Kejadian yang memiliki peluang atau ketidakpastian (sebagai halnya risiko ) tidak dapat dikontrol, dan tidak ada pengelolaan sebaik apapun yang dapat meniadakan risiko. Setiap orang dan setiap organisasi harus selalu berusaha untuk menanggulanginya, artinya berupaya untuk meminimumkan ketidakpastian agar akibat buruk yang timbul dapat dihilangkan atau paling tidak dikurangi.
Manajemen risiko merupakan pendekatan terorganisasi untuk menemukan risiko-risiko yang potensial sehingga dapat mengurangi terjadinya hal-hal di luar dugaan. Selanjutnya dapat diketahui akibat buruknya yang tidak diharapkan dan dapat dikembangkan rencana respon yang sesuai untuk mengatasi risiko-risiko potensial tersebut.
Informasi berdasarkan pengalaman di masa lalu sangat membantu dalam menganalisa ketidakpastian di masa yang akan datang. Manajemen risiko harus dilakukan sedini mungkin dengan didukung informasi tersebut. Prosesnya merupakan tindakan preventif di mana kondisi usaha sesungguhnya dapat menjadi jelas sebelum terlambat dan dapat terhindar dari kegagalan yang lebih besar. Dengan manajemen risiko berarti melakukan sesuatu yang proaktif daripada reaktif.

2.2.3. Pentingnya Manajemen Risiko
Selalu terdapat perubahan dalam segala hal di dunia ini sehingga selalu terdapat ketidakpastian dalam segala hal. Risiko timbul karena adanya ketidakpastian dan risiko akan menimbulkan konsekuensi tidak menguntungkan. Setiap aktivitas manusia selalu mengandung risiko karena adanya keterbatasan dalam memprediksikan hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. Kejadian yang memiliki peluang atau ketidakpastian sebagaimana risiko tidak dapat dikontrol, dan tidak ada pengelolaan sebaik apapun yang dapat meniadakan risiko. Setiap orang dan setiap organisasi harus selalu berusaha untuk menanggulanginya, artinya berupaya untuk meminimumkan ketidakpastian agar akibat buruk yang timbul dapat dihilangkan atau paling tidak dikurangi.
Manajemen risiko merupakan pendekatan terorganisasi untuk menemukan risiko-risiko yang potensial sehingga dapat mengurangi terjadinya hal-hal di luar dugaan. Selanjutnya dapat diketahui akibat buruknya yang tidak diharapkan dan dapat dikembangkan rencana respon yang sesuai untuk mengatasi risiko-risiko potensial tersebut.
Informasi berdasarkan pengalaman di masa lalu sangat membantu dalam menganalisa ketidakpastian di masa yang akan datang. Manajemen risiko harus dilakukan sedini mungkin dengan didukung informasi tersebut. Prosesnya merupakan tindakan preventif di mana kondisi usaha sesungguhnya dapat menjadi jelas sebelum terlambat dan dapat terhindar dari kegagalan yang lebih besar. Dengan manajemen risiko berarti melakukan sesuatu yang proaktif daripada reaktif.
Dengan demikian melalui manajemen risiko akan diketahui metode yang tepat untuk menghindari/mengurangi besarnya kerugian yang diderita akibat risiko. Secara langsung manajemen risiko yang baik dapat menghindari semaksimal mungkin dari biaya-biaya yang terpaksa harus dikeluarkan akibat terjadinya suatu peristiwa yang merugikan dan menunjang peningkatan keuntungan usaha.
Secara tak langsung manajemen risiko memberikan sumbangan sebagai berikut.
a. Memberikan pemahaman tentang risiko, efeknya, dan keterkaitannya secara lebih baik dan pasti sehingga menambah keyakinan dalam pengambilan keputusan yang dapat meningkatkan kualitas keputusan.
b. Meminimalkan jumlah kejadian di luar dugaan dan memberikan gambaran tentang akibat negatifnya sehingga mengurangi ketegangan dan kesalah-pahaman.
c. Membantu menyediakan sumberdaya dengan baik.
d. Menangkal timbulnya hal-hal dari luar yang dapat mengganggu kelancaran operasional.
e. Mengurangi fluktuasi laba dan arus kas tahunan atau menstabilkan pendapatan.
f. Menimbulkan kedamaian pikiran dan ketenangan tenaga kerja dalam bekerja.
g. Meningkatkan public-image perusahaan sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan terhadap karyawan dan masyarakat.

Manajemen risiko pada saat ini merupakan kunci dari keseluruhan manajemen bisnis. Tujuan utama manajemen risiko harus menyokong obyektif pengelolaan. Dengan berjalannya usaha bisnis yang diharapkan mendatangkan keuntungan, maka meminimalkan risiko untuk mencapai keuntungan yang memuaskan menjadi sasaran bisnis.

"Pengalaman menunjukkan bahwa manajer yang efektif adalah manajer yang menggunakan waktunya untuk berpikir tentang kebutuhan pada saat ini dan kecenderungan di masa yang akan datang. Namun demikian manajer yang peduli akan perkembangan yang memungkinkan serta hasil keluarannya (internal atau eksternal), serta yang lebih proaktif daripada reaktif adalah manajer yang lebih mungkin untuk sukses."

Ketidakpastian dalam suatu usaha dapat merupakan suatu kesempatan (opportunity) atau risiko, yang dapat mendatangkan keuntungan atau kerugian. Analisa risiko dapat membantu untuk risiko spekulatif dengan lebih bijaksana dan efisien dengan memutuskan apakah risiko tersebut harus dihindari atau dihadapi. Lebih jauh lagi kemampuan dalam mengelola risiko akan bermanfaat dalam persaingan serta mencegah terjadinya kegagalan dan kehancuran sehingga suatu unit usaha dapat bertahan hidup.

2.2.4. Proses dalam Manajemen Risiko

Informasi berdasarkan pengalaman di masa lalu sangat membantu dalam menganalisa hal-hal tidak pasti yang akan terjadi masa yang akan datang. Manajemen risiko memanfaatkan informasi tersebut untuk memusatkan perhatian pada masa depan apabila terdapat ketidakpastian dan kemudian mengembangkan rencana yang sesuai untuk mengatasi isu-isu potensial tersebut dari dampak yang merugikan.
Tahapan dalam manajemen risiko dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan (planning)
Proses pengembangan dan dokumentasi strategi dan metode yang terorganisasi, komprehensif, dan interaktif, untuk keperluan identifikasi dan penelusuran isu-isu risiko, pengembangan rencana penanganan risiko, penilaian risiko yang kontinyu untuk menentukan perubahan risiko, serta mengalokasikan sumberdaya yang memenuhi.

2. Penilaian (assesment)
Terdiri atas proses identifikasi dan analisa area-area dan proses-proses teknis yang memiliki risiko untuk meningkatkan kemungkinan dalam mencapai sasaran biaya, kinerja / performance, dan waktu penyelesaian kegiatan.

a. Identifikasi (identifying)
Merupakan proses peninjauan area-area dan proses-proses teknis yang memiliki risiko potensial, untuk selanjutnya diidentifikasi dan didokumentasi.

b. Analisa (analyzing)
Merupakan proses menggali informasi / deskripsi lebih dalam terhadap risiko yang telah diidentifikasi, yang terdiri atas:
- kuantifikasi risiko dalam probabilitas dan konsekuensinya terhadap aspek biaya, waktu, dan teknis proyek
- penyebab risiko
- keterkaitan antar risiko
- saat terjadinya risiko
- sensitivitas terhadap waktu

3. Penanganan (handling)
Merupakan prases identifikasi, evaluasi, seleksi, dan implementasi penanganan terhadap risiko dengan sasaran dan kendala masing-masing program, yang terdiri atas menahan risiko, menghindari risiko, mencegah risiko, mengontrol risiko, dan mengalihkan risiko.

4. Pemantauan / monitoring risiko
Merupakan proses penelusuran dan evaluasi yang sistematis dari hasil kerja proses penanganan risiko yang telah dilakukan dan digunakan sebagai dasar dalam penyusunan strategi penanganan risiko yang lebih baik di kemudian hari.

2.3. Jenis Risiko

Untuk dapat mengidentifikasi risiko-risiko perlu diketahui jenis- jenis risiko dan pengelompokannya menurut teori-teori. Berikut ini adalah risiko-risiko dalam bidang usaha bisnis. Risiko-risiko pada bidang usaha bisnis dapat diterapkan pada kegiatan proyek konstruksi, karena jasa konstruksi juga merupakan bidang usaha bisnis yang bertujuan mendapatkan keuntungan.
Secara garis besar berdasarkan sifatnya risiko dikelompokkan menjadi risiko usaha (business risk) atau yang disebut juga sebagai risiko spekulatif, dan risiko murni. Risiko spekulatif adalah risiko yang jika diambil dapat memberikan dua kemungkinan hasil, yaitu kerugian atau keuntungan. Dalam konteks aktivitas proyek, risiko yang dimaksud adalah risiko murni, yaitu risiko yang secara potensial dapat mendatangkan kerugian dalam upaya mencapai sasaran kegiatan.

2.3.1. Risiko-risiko dalam Project of Knowledge (Project Management Institute, PMI)

Berikut ini adalah risiko-risiko yang diidentifikasi menurut PMI.

1. Risiko eksternal tidak dapat diprediksi
a. Perubahan peraturan perundang-undangan & Campur tangan pemerintah.
b. Bahaya dari alam (acts of God)
c. Vandalisme (perusakan) dan Sabotase.
d. Efek samping yang tidak diharapkan
e. Kegagalan penyelesaian pekerjaan

2. Risiko eksternal dapat diprediksi secara tidak pasti
a. - Risiko pasar
- Perubahan-perubahan besar
b. Operasional
c. Dampak lingkungan
d. Dampak sosial
e. - Perubahan nilai tukar mata uang
- Inflasi
- Perpajakan
f. Perubahan suku bunga pinjaman
g. Ketersediaan material mentah

3. Risiko internal non-teknis
a. Keterlambatan dari jadwal
b. Pemberhentian pekerjaan oleh tenaga kerja
c. Cost overruns
d. Rencana manfaat / benefit proyek
e. Kemacetan cash flow / arus kas
f. Kesehatan dan keselamatan kerja (K3)

4. Risiko teknis
a. Perubahan teknologi
b. Masalah sehubungan dengan kinerja operasional dan pemeliharaan
c. Teknologi proyek yang khusus
d. Perubahan dan penyesuaian
- Perubahan kondisi proyek secara global/makro
- Masalah sehubungan dengan desain .

5. Risiko legal
a. Lisensi
b. Hak paten
c. Kegagalan kontrak
d. Tuntutan hukum
e. Force Majeure
f. Kinerja subkontraktor.

Risiko eksternal adalah risiko yang berada di luar proyek dan sudah ada sebelum proyek dicanangkan dan mempengaruhi jalannya kegiatan. Risiko internal adalah risiko yang berada di dalam lingkup proyek dan berasal dari keputusan yang diambil. Risiko internal merupakan ketidakpastian yang dapat dikontrol oleh pengelola kegiatan.

2.3.2. Risiko-risiko dalam Konteks Bisnis Umum dan Proyek

Risiko-risiko dalam konteks proyek pembangunan adalah:

1. Risiko yang dapat diasuransikan (insurable)
a. Kerusakan langsung pada peralatan dan pelengkapan
- Kebakaran
- Kecelakaan
- Kerusakan/kehilangan material, peralatan, dan perlengkapan proyek
b. Kerugian tidak langsung (yang menyangkut aktivitas pihak ke tiga)
- Penggantian peralatan
- Pembuangan reruntuhan / sampah (debris removal)
c. Tanggung jawab hukum
- Desain produk yang buruk
- Kesalahan desain
- Tanggung jawab terhadap produk kegiatan pengelolaan
- Kegagalan performance kegiatan.
d. Sumberdaya manusia Contohnya antara lain:
- Cedera badan pada tenaga kerja
- Tidak berfungsinya tenaga kerja inti
- Biaya penggantian tenaga kerja inti.

2. Risiko-risiko pada tahap konstruksi
- Tenaga kerja yang tidak terampil Ketersediaan material
- Pemogokan
- Cuaca
- Perubalian lingkup pekerjaan
- Perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan
- Persyaratan peraturan perundangan
- Tidak ada sistem kontrol di lokasi kegiatan
- Kualitas pekerjaan yang buruk
- Tidak diterimanya pekerjaan oleh pemberi kerja
- Perubahan konstruksi yang telah jadi
- Masalah pada arus kas
- Keterlambatan pengiriman material

Pengelompokkan risiko berdasarkan potensi sumber risikonya adalah:
1. Risiko yang berkaitan dengan bidang manajemen
- Kurang tepatnya perencanaan lingkup pekerjaan, biaya, jadwal, dan mutu
- Kurang tepatnya pengendalian lingkup pekerjaan, biaya, jadwal, dan mutu
- Ketepatan penentuan struktur organisasi
- Ketelitian pemilihan personil
- Kekaburan kebijakan dan prosedur
- Koordinasi pelaksanaan
2. Risiko yang berkaitan dengan bidang teknis dan implementasi
- Ketepatan pekerjaan dan produk desain-engineering
- Ketepatan pengadaan material dan peralatan (volume, jadwal, harga, dan kualitas)
- Ketepatan pekerjaan konstruksi (jadwal dan kualitas)
- Tersedianya tenaga ahli dan penyelia
- Tersedianya tenaga kerja lapangan
- Variasi dalam produktivitas kerja
- Kondisi lokasi dan site
- Ditemukannya teknologi baru (peralatan dan metode) dalamproses konstruksi dan produksi.

3. Risiko yang berkaitan dengan bidang kontrak dan hukum
- Pasal-pasal yang kurang lengkap, kurang jelas, dan menimbulkan perbedaan interpretasi
- Pengaturan pembayaran, change order, dan klaim
- Masalah jaminan, guarantee, dan warranty
- Lisensi dan hak paten
- Force majeure.
4. Risiko yang berkaitan dengan situasi ekonomi, sosial, dan politik
- Peraturan perpajakan dan pungutan
- Perizinan
- Pelestarian lingkungan
- Situasi pasar (persediaan dan penawaran material dan peralatan)
- Ketidakstabilan moneter/devaluasi
- Aliran kas.

Penelitian yang dilakukan oleh Standish Group pada 1000 Manajer Proyek menghasilkan 10 macam faktor potensial yang dapat menyebabkan kegagalan proyek pembangunan, yaitu:
1. Persyaratan yang tidak lengkap
2. Rendahnya peranan owner
3. Kekurangan sumberdaya
4. Pengharapan yang tidak realistis
5. Rendahnya dukungan pihak eksekutif
6. Perubahan persyaratan dan spesifikasi
7. Kurang matangnya perencanaan
8. Proyek ditiadakan
9. Kurang matangnya manajemen proyek
10. Buta teknologi proyek.

Proyek merupakan salah satu bentuk usaha bisnis. Untuk itu di samping mempelajari risiko-risiko dalam konteks proyek, perlu dikaji pula risiko-risiko dalam konteks lainnya. Risiko pada berbagai bidang pembangunan dapat dianalisis dengan pendekatan finansial sebagai berikut.

a. Risiko sumberdaya manusia
- Stress pada tenaga kerja
- Kesehatan tenaga kerja yang buruk
- Ketidakpuasan pekerja yang menyebabkan pemogokan
- Suksesi
- Kepindahan pekerja inti/senior yang potensial
- Bocornya rahasia perusahaan
- Perselisihan pekerja
b. Risiko kesehatan dan keselamatan kerja
- Mesin-mesin berbahaya
- Suara bising
- Getaran
- Bahaya akibat listrik
- Bahan yang membahayakan kesehatan
- Luka-luka fisik dan stress
- Terpeleset, terjatuh, tersandung
- Tertimpa barang akibat pengangkatan dan penangan barang yang buruk
- Radiasi
- Terbakar
- Luka-luka akibat kendaraan
- Mesin bertekanan tinggi
c. Risiko kejahatan
- Pencurian barang-barang
- Pencurian data dan informasi
- Intelijen bisnis
- Perampokan
- Perusakan dan penghancuran
d. Risiko kecurangan
- Pemalsuan data
- Menjual informasi
- Pengesahan faktur-faktur palsu
e. Risiko lingkungan
- Polusi lingkungan (polusi udara, limbah cair, limbah padat, bahan beracun, degradasi lahan, pencemaran tanah)
- Munculnya biaya pencegahan akibat polusi (mis. penghijauan)
f. Risiko kebakaran
g. Risiko kerusakan komputer/ komunikasi
h. Risiko pemasaran
i. Risiko kualitas dan daya saing produk.

Menurut Djojosoedarso (1999) risiko dalam suatu bisnis adalah sebagai berikut :
a. Risiko murni yaitu risiko yang tidak disengaja
- Risiko terjadinya kebakaran
- Risiko bencana alam
- Risiko pencurian
- Risiko penggelapan
- Risiko pengacauan
b. Risiko spekulatif yaitu risiko yang disengaja agar memberikan keuntungan
- Risiko hutang-piutang
- Perjudian
- Perdagangan berjangka
c. Risiko fundamental, yaitu risiko yang penyebabnya tidak dapat dilimpahkan kepada seseorang dan yang menderita banyak orang.
- Banjir
- Angin topan
d. Risiko khusus, yaitu risiko yang bersumber pada peristiwa yang mandiri :
- Kapal kandas
- Pesawat jatuh
- Tabrakan mobil
e. Risiko dinamis, yaitu risiko karena perkembangan masyarakat :
- Risiko keusangan teknologi
- Risiko penerbangan luar angkasa
f. Risiko statis
- Risiko hari tua
- Risiko kematian


2.3.3. Risiko-risiko dalam Asuransi Contructor's All Risk (CAR)

Asuransi CAR berfungsi untuk memberikan perlindungan komprehensif atas proyek konstruksi terhadap risiko kerusakan pada fisik dan material yang diasuransikan serta kerugian yang menimpa pihak ke tiga. Dalam prakteknya standar Asuransi CAR yang digunakan adalah Standar CAR Munich Re yang berasal dari Jerman. Obyek dan subyek pertanggungan dalam Asuransi CAR adalah:

A. Obyek pertanggungan:
1. Proyek teknik sipil (bangunan transportasi, bangunan air, bangunan gedung)
2. Proyek dengan harga kontrak pekerjaan sipil lebih dari 50% dari harga kontrak total
3. Peralatan dan mesin yang digunakan untuk pelaksanaan proyek .

B. Subyek pertanggungan:
1. Kontraktor utama
2. Subkontraktor
3. Pemilik proyek (owner).

Risiko-risiko yang termasuk dalam jaminan pokok Asuransi CAR sebagaimana disebutkan dalam underwriting Asuransi CAR Munich Re Standart, adalah sebagai berikut:
1. Disambar petir
2. Tsunami
3. Angin ribut
4. Tanah longsor
5. Keruntuhan struktur (collapse),
6. Kecelakaan kerja terhadap fisik proyek,
7. Akibat dari defective material (workmanship),
8. Kebakaran,
9. Ledakan,
10. Kejatuhan pesawat terbang,
11. Pencurian dan perampokan.

Risiko-risiko yang termasuk dalam jaminan tambahan adalah:
1. Gempa bumi
2. Banjir
3. Letusan gunung berapi
4. Erosi dan longsor
5. Penurunan muka air tanah
6. Penurunan, penyusutan, pengembangan tanah
7. Pemogokan dan kerusuhan
8. Cross liability (kerugian yang menimpa sub-sektor lainnya)
9. Risiko selama masa pemeliharaan
10. Risiko pada saat pengetesan komponen mekanikal dan elektrikal
11. Risiko bagian kontrak kerja yang telah diserahterimakan
12. Vibrasi, bergerak, atau melemahnya daya dukung tanah
13. Transportasi properti yang dipertanggungkan
14. Risiko terhadap propperti yang menjadi milik tertanggung atau berada di bawah tanggungannya
15. Kerusakan tanaman, hutan, benda seni, dan budaya
16. Kerugian pihak ketiga (cacat/meininggal dan kerugian materi) akibat kecelakaan kerja
17. Biaya tambahan untuk kerja lembur dan pengangkutan cepat (express freight)
18. Kerusakan pada sistem dewatering
19. Serial losses akibat defective material atau workmanship
20. Kegagalan pengecoran pada daerah batuan dan/atau tanah lunak
21. Kerusakan pada pipa/jaringan bawah tanah yang sudah ada
22. Kerusakan peralatan/mesin konstruksi dan elektrikal
23. Keretakan dan kebocoran
24. Kerugian terhadap kesalahan desain item pada pekerjaan lain yang tidak mengalami kesalahan desain.


2.4. Identifikasi Risiko

2.4.1. Fungsi Identifikasi Risiko
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya tahapan dalam manajemen risiko adalah perencanaan, penilaian (identifikasi dan analisa), penanganan, serta pengawasan. Rancangan manajemen risiko proyek secara formal adalah dilakukan sebelum proyek dijalankan. Penilaian risiko merupakan tahapan awal dalam program manajemen risiko serta merupakan tahapan paling penting karena mempengaruhi keseluruhan program dalam manajemen risiko. Identifikasi risiko berfungsi untuk mendapatkan area-area dan proses-proses teknis yang memiliki risiko yang potensial untuk selanjutnya dianalisa.

2.4.2 Proses Identifikasi Risiko
Secara garis besar tahapan identifikasi risiko adalah merinci risiko-risiko yang ada sampai level yang detail dan kemudian menentukan signifikansinya (potensinya) dan penyebabnya, melalui program survei dan penyelidikan terhadap masalah-masalah yang ada. Risiko-risiko yang telah dirinci ini kemudian digolongkan dalam kategori-kategori. Proses identifikasi risiko melibatkan banyak disiplin dalam setiap level manajemen proyek.
Pada dasarnya identifikasi risiko diawali dengan menyusun daftar kejadian-kejadian tidak diharapkan di proyek yang mungkin menyebabkan kegagalan dalam mencapai sasaran proyek. Sumbernya adalah sebagai berikut:

A. Sumber yang obyektif
Kejadian yang pernah dialami oleh proyek-proyek sebelumnya yang tercatat dalam rekord-rekord proyek. Dapat juga dilakukan melalui analisa terhadap kontrak-kontrak kegiatan pembangunan yang pernah dibuat.

B. Sumber yang subyektif: Expert system

Pengalaman para pakar terkait yang dapat diperoleh melalui wawancara. Ketepatan identifikasi didukung oleh keterampilan pihak yang melakukan identifikasi dalam menentukannya atau memberikan judgement. Cara ini dapat ditempuh melalui Panel Group atau pendataan pengalaman pribadi.
"Penyusunan identifikasi risiko dapat berasal dari "opini para pakar" ("expert opinion") atau dari estimasi berdasarkan "perasaan" ("gut feeling") para pakar berdasarkan pengalamannya. Untuk membantu proses ini dan meyakinkan bahwa sudah seluruh aspek tercakup dalam daftar tersebut maka dapat digunakan daftar isian, daftar pertanyaan / kuesioner atau cheklist."

Cara ini dapat ditempuh melalui:

a. Panel group
Sejumlah praktisi dan spesialis dalam proyek dikumpulkan dalam suatu diskusi panel untuk mengadakan brainstorming. Setiap panelis mendaftar seluruh risikorisiko yang secara teoritis dapat muncul. Setelah itu seluruh anggota panel-group memutuskan bersama risiko-risiko yang termasuk dalam risiko yang diidentifikasi.
b. Pengalaman individual
Individu yang bersangkutan diminta untuk mendaftar seluruh risiko yang relevan dalam lingkup keahlian mereka.
c. Inspeksi langsung di tempat terjadinya aktivitas pembangunan.

2.4.3. Pengukuran potensi risiko

Risiko suatu kegiatan pemanfaatan sumberdaya lahan ditandai oleh faktor-faktor:
l. Peristiwa risiko (menunjukkan dampak negatif yang dapat terjadi pada proyek)
2. Probabilitas terjadinya risiko (atau frekuensi)
3. Keparahan (severity) dampak negatif/impact/konsekuensi negatif dari risiko yang akan terjadi

Risiko diformulasikan sebagai fungsi dari kemungkinan terjadi (likelihood) dan dampak negatif (impact). Risk = f (Likelihood, Impact).
Risiko yang potensial adalah risiko yang perlu diperhatikan karena memiliki probabilitas terjadi yang tinggi dan memiliki konsekuensi negatif yang besar dan terjadinya risiko ditandai dengan adanya error pada estimasi waktu, estimasi biaya, atau teknologi desain.

2.5. Manajemen Kegiatan / Proyek

2.5.1. Kegiatan Pemanfataan Sumberdaya (Proyek Pembangunan)

Proyek adalah suatu kegiatan (sekuen) yang unik, kompleks, dan seluruh aktivitas di dalamnya memiliki satu tujuan, yang harus diselesaikan tepat waktu, tepat sesuai anggaran, dan sesuai dengan spesifikasi. Berdasarkan pengertian tersebut dapat didefinisikan karakteristik utama proyek adalah sebagai berikut:
- Memiliki satu sasaran yang jelas dan telah ditentukan yang menghasilkan lingkup (scope) tertentu berupa produk akhir.
- Bersifat sementara dengan titik awal dan akhir yang jelas (sekuen)
- Biasanya terdiri atas aktivitas yang kompleks dan saling terkait.
- Di dalamnya terdapat suatu tim yang memiliki banyak disiplin ilmu serta terdiri atas banyak departemen.
- Mengerjakan sesuatu yang belum pernah dikerjakan sebelumnya (sekali lewat) atau memiliki sifat yang berubah / non-rutin (unik)
- Jenis dan intensitas kegiatan sepat berubah dalam kurun waktu yang relatif pendek
- Peserta memiliki multisasaran yang seringkali berbeda
- Terdapat jangka waktu, biaya, dan persyaratan performance atau mutu yang pasti
- Memiliki kadar risiko tinggi.

Kegiatan proyek berbeda dengan kegiatan operasional. Perbedaan-perbedaan tersebut ditunjukkan pada Tabel 2.





Tabel 2. Perbedaan Kegiatan Proyek dengan Kegiatan Operasional

Kegiatan Proyek Kegiatan Operasional
Bercorak dinamis, non-rutin Berulang-ulang, rutin
Siklus relatif pendek Berlangsung dalam jangka panjang
Intensitas kegiatan dalam periode siklus
proyek berubah-ubah naik-turun Intensitas kegiatan relatif sama
Kegiatan harus diselesaikan berdasarkan
jadwal dan anggaran yang telah
ditentukan Batasan anggaran dan jadwal tidak
Setajam proyek
Terdiri atas bermacam-macam kegiatan
yang memerlukan berbagai disiplin ilmu Macam kegiatan tidak terlalu banyak
Keperluan sumberdaya berubah, baik macam maupun volumenya Macam dan volume keperluan sumberdaya relatif konstan
Sumber: Soeharto. 2001


Di antara berbagai jenis kegiatan pembangunan salah satu di antaranya adalah kegiatan pengelolaan & pemanfataan sumberdaya lahan. Deskripsi mengenai proyek pembangunan (konstruksi) sebagai berikut:

"Proyek konstruksi adalah proses di mana rencana / desain dan spesifikasi dikonversikan menjadi struktur dan fasilitas fisik. Proses konstruksi melibatkan organisasi dan koordinasi seluruh sumberdaya proyek (tenaga kerja, peralatan konstruksi, material permanen dan sementara, suplai dan fasilitas, uang, teknologi dan metode, waktu) untuk menyelesaikan proyek tepat waktu, tepat sesuai anggaran, serta sesuai dengan standar kualitas dan kinerja yang dispesifikasikan oleh perencana. Pemegang peranan utama pada proses konstruksi adalah kontraktor dan sub-kontraktor beserta tenaga kerjanya. Pihak lain yang terlibat antara lain arsitek/engineer sebagai penyelia/supervisor, pemasok/supplier material dan peralatan, konsultan, pemilik proyek, serta penyedia jasa pengangkutan."

Siklus kegiatan proyek konstruksi pada sistem usaha jasa konstruksi yang umum berlaku di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Penerimaan Letter of Award atau Letter of Acceptance sebagai pemberitahuan resmi bahwa owner telah menunjukan kontraktor yang bersangkutan untuk mengerjakan suatu proyek
2. Rapat Pre Award Meeting 1 untuk pengarahan sebelum SPK / SPMK diterima
3. Penandatanganan Surat Perintah Kerja (SPK) / Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) oleh kedua pihak
4. Rapat Kick-off Meeting (lingkup perusahaan) untuk menyusun rencana implementasi proyek
5. Rapat Pre Award Meeting 2 (lingkup owner dan kontraktor) untuk presentasi rencana implementasi proyek pada owner
6. Penandatanganan kontrak oleh kedua pihak
7. Menyiapkan rencana pengendalian biaya dan waktu proyek (lingkup proyek)
8. Melakukan kegiatan fisik
9. Serah terima pekerjaan pertama (Provisional Hand Over/PHO)
10. Perbaikan fisik (jika diperlukan)
11. Serah terima pekerjaan kedua (Final Hand Over/FHO).


2.5.2. Manajemen Proyek Pembangunan

Menurut Project Management Body of Knowledge (PM-BOK), Project Management Institute (PMI) manajemen proyek didefinisikan sebagai berikut:
"Ilmu dan seni yang berkaitan dengan memimpin dan mengoordinir sumberdaya yang terdiri atas manusia dan material dengan menggunakan teknik pengelolaan modern untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan, yaitu lingkup, mutu, jadwal, dan biaya, serta memenuhi keinginan para stakeholder."

2.5.3 Sasaran Proyek

Setiap proyek memiliki tujuan khusus di mana dalam mencapainya ada batasan yang harus dipenuhi, yaitu anggaran proyek yang dialokasikan, jadwal pelaksanaan proyek, serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga hal tersebut sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek sebagai Biaya, Waktu, dan Mutu. Manajemen proyek dikatakan baik jika sasaran tersebut tercapai.

Berikut ini dijelaskan satu demi satu.

a. Tepat biaya
Proyek harus dikerjakan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran, baik biaya tiap item pekerjaan, biaya tiap periode pelaksanaan, maupun biaya total sampai akhir proyek.

b. Tepat waktu
Proyek harus dikerjakan dengan waktu sesuai dengan jadwal pelaksanaan proyek / schedule yang telah direncanakan yang ditunjukkan dalam bentuk work progress/prestasi pekerjaan. Waktu pelaksanaan kegiatan tidak boleh terlambat baik per periode pelaksanaan, maupun waktu serah terima hasil kegiatan.

c. Tepat mutu
Produk pembangunan secara keseluruhan termasuk sistem/proses dan bagian-bagian fisiknya. Mutu produk, atau disebut sebagai kinerja (performunce), harus memenuhi spesifikasi dan kriteria dalam taraf yang disyaratkan oleh pemrakarsa.

2.5.4. Manajemen Risiko Proyek

Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya “proyek” adalah sesuatu yang berubah, selalu merupakan hal yang baru, dan memiliki sejumlah peluang. Dengan karakteristik proyek yang unik seperti itu maka proyek selalu dekat dengan risiko, pekerjaan pembangunan sumberdaya lahan merupakan salah satu bentuk kegiatan yang berisiko besar dan berdampak luas.
Bagian-bagian pada operasional proyek yang memiliki risiko tinggi menunjukkan bahwa bagian tersebut kurang ditangani dengan baik karena kurangnya kapabilitas sumberdaya, baik dari manajemen proyek maupun organisasi proyek. Disamping itu, juga dapat disebabkan oleh tingginya tingkat kesulitan aspek teknis yang disusun pada tahap desain atau pengembangan.
Dalam konteks pembangunan sumberdaya, konsekuensi negatif risiko dapat didefinisikan sebagai “tidak tercapainya sasaran proyek”, yaitu:
1. Realisasi biaya yang tidak sesuai dengan estimasi
2. Realisasi waktu pelaksanaan tidak sesuai dengan estimasi jadwal / schedule
3. Realisasi mutu pekerjaan yang tidak memenuhi spesifikasi teknis.

“Manajemen risiko” merupakan alat yang sangat bermanfaat bagi manajemen proyek dalam mendukung pengendalian proyek untuk menghindari keadaan yang dapat mengarah ke cost over-runs, keterlambatan pencapaian jadwal, atau tidak dapat memenuhi kinerja yang ditentukan. Meminimalkan risiko untuk memperoleh pendapatan merupakan salah satu tujuan proyek. Manajemen risiko pada proyek dapat memberikan kontrol lebih baik untuk masa yang akan datang dan secara signifikan memberikan peluang pencapaian sasaran proyek (waktu, anggaran, dan performance teknis) dengan lebih baik.
Manajemen risiko yang baik adalah yang proaktif, bukan reaktif, sehingga rencana pengelolaan terhadap risiko harus dilakukan sesegera mungkin di awal proyek. Teknik-teknik dalam manajemen risiko mendukung manajemen proyek secara keseluruhan dan membantu teknik pengambilan keputusan dalam proyek. Manajemen risiko berkaitan dengan proses-proses kunci dalam proyek, termasuk di dalamnya manajemen proyek secara keseluruhan, system engineering, biaya proyek, lingkup pekerjaan, mutu pekerjaan, dan jadwal pelaksanaan proyek. Dalam manajemen proyek yang baik manajemen risiko merupakan bagian dari manajemen proyek. Untuk itu PMI dalam PM-BOK menyertakan Komponen Pengendalian Risiko sebagai salah satu dari delapan komponen Knowledge Area of Project Management.


2.6. Manajemen Pemasaran

Pemasaran dapat dikatakan sebagai aktifitas utama dalam perusahaan karena pemasaran merupakan ujung tombak perusahaan dalam aktiftas bisnis yang dijalankannya. Meskipun keberhasilan suatu bisnis tergantung pada bagaimana manajemen perusahaan dapat mengkombinasikan berbagai fungsi yang ada beserta sumberdayanya, namun untuk memenuhi tuntutan dalam persaingan yang strategis maka semua fungsi yang ada dalam suatu organisasi bisnis harus berorientasi pada pemasaran.
"Pemasaran: suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang ditujukan untuk memuaskan kebutuhan baik pembeli yang ada maupun pembeli potensial".
"Pemasaran: proses perencanaan dan pelaksanaan rancangan, penetapan harga, promosi, clan distribusi gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi".
Dengan demikian, pemasaran mencakup berbagai kegiatan terpadu dari suatu aktifitas bisnis guna mengembangkan rencana rencana strategis yang terdiri dari kegiatan kegiatan utarna merencanakan produk menentukan harga, mempromosikan produk, dan mendistribusikan produk dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga diperoleh hasil yang maksimal berupa peningkatan penjualan yang merupakan pusat dari pada laba.
Pemasaran juga merupakan suatu proses sosial dan manajerial dengan mana individu-individu atau kelompok-kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran produk-produk yang bernilai.
"Pemasaran” merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh organisasi dan juga merupakan proses sosial. Dengan kata lain, pemasaran ada pada tingkat mikro maupun makro. Pemasaran mikro adalah kegiatan yang berusaha mencapai sasaran organisasi dengan mengantisipasi kebutuhan pelanggan atau klien dan mengarahkan arus barang dan jasa pemuas kebutuhan dari produsen ke pelanggan atau klien. Sedangkan pemasaran makro adalah proses sosial yang mengarahkan arus barang dan jasa dalam suatu perekonomian dari produsen ke konsumen dengan cara yang secara efektif menyesuaikan penawaran dan permintaan dan mencapai tujuan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan secara lebih jelas bahwa pemasaran merupakan proses yang lebih luas yakni tidak hanya terdapat hubungan dua arah antara produsen dan konsumen saja, tetapi lebih dari itu dalam proses pemasaran terdapat hubungan antara produsen-konsumen dan sosial dimana “sosial” menyangkut lingkungan eksternal perusahaan terutama masyarakat. Oleh karena itu fokus dalam pemasaran bukan hanya sekedar pelanggan tetapi bagaimana cara melakukan bisnis dengan tujuan akhir tidak saja laba bagi perusahaan dan penciptaan nilai bagi pelanggan, tetapi lebih dari itu terdapat tujuan akhir yang berupa hubungan yang saling menguntungkan antara semua pihak yang terkait dalam bisnis tersebut melalui bauran pemasaran yang terpadu.


2.7. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian di atas dapat disusun kerangka konsep teoritis yang dapat dijadikan acuan dalam kajian analisis risiko, sebagaimana digambarkan pada Gambar 1.
“Proyek” dipandang sebagai kegiatan yang melibatkan sumberdaya berupa lahan, air, tenaga kerja, peralatan konstruksi, material, uang, dan metode / prosedur. “Proyek” berada pada lingkungan eksternal yang komponen-komponennya mempengaruhi keberlangsungan proyek, yaitu alam, kebijakan pemerintah, faktor sosial, faktor ekonomi, dan suplai material/peralatan.
Proses yang terjadi adalah memanfaatkan sumberdaya yang ada untuk mewujudkan produk proyek dalam kondisi lingkungan eksternal tersebut
(1). Sasaran proyek adalah diselesaikannya konstruksi fisik bangunan air dengan tepat biaya, tepat waktu, dan tepat mutu
(2). Pada proses tersebut dapat terjadi hal-hal yang tidak diharapkan yang bersumber dari kedua komponen tersebut, atau disebut sebagai “risiko”
(3). Jika risiko-risiko tersebut terjadi maka proyek tidak dapat mewujudkan sasarannya yaitu tepat biaya atau tepat waktu atau tepat mutu dengan magnitude tertentu
(4). “Risiko” yang potensial adalah risiko yang memiliki frekuensi terjadi yang tinggi dan memiliki pengaruh besar bagi pencapaian sasaran proyek
(5). Sasaran proyek mempengaruhi sasaran perusahaan secara umum, dan
(6) berbagai sasaran perusahaan akan berdampak pada perencanaan strategi pemasaran yang paling tepat untuk diterapkan oleh perusahaan.


Kegiatan pemanfaatan sumberdaya lahan untuk pembangunan

KETIDAK-PASTIAN



























III. METODE ANALISIS RISIKO

3.1. Jenis Penelitian.

Salah satu Metode penelitian yang dapat digunakan adalah penelitian eksplanatori atau penjelasan. Tujuan utama penelitian eksplanatori atau disebut juga penelitian kausal adalah mengidentifikasikan hubungan sebab-akibat antara berbagai variabel. Studi eksplanatori meninjau apakah semua variabel bebas berpengaruh sama besarnya terhadap variabel terikat, ataukah ada variabel bebas yang paling dominan berpengaruh terhadap variabel terikat.

3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada berbagai lokasi kegiatan pemanfaatan lahan untuk pembangunan fisik di Jawa Timur.

3.3. Unit Analisa
Unit analisis dalam penelitian ini adalah unit-unit pengelola kegiatan proyek-proyek selama beberapa tahun terakhir.

3.4. Definisi Operasional, Konsep, dan Variabel Penelitian

“Konsep” menggambarkan suatu fenomena secara abstrak yang dibentuk dengan jalan membuat generalisasi terhadap sesuatu yang khas. Dalam penelitian “konsep” harus didefinisikan dahulu untuk selanjutnya dijabarkan menjadi variabel-variabel. Fenomena yang diteliti dalam studi ditetapkan sebagai variabel penelitian. Variabel penelitian adalah sesuatu hal berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya. Konsep dan item rancangan variabel penelitian didapat dari kajian teoritis dan empiris.
“Konsep” dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagaiberikut.

A. Risiko
Secara konseptual risiko merupakan suatu kondisi tidak pasti dengan peluang kejadian tertentu yang jika terjadi akan menimbulkan konsekuensi tidak menguntungkan. Berdasarkan sumbernya secara garis besar risiko dikelompokkan menjadi (Project Management Institutes, 1987):
1. Risiko eksternal tidak dapat diprediksi
Yaitu risiko yang berasal dari luar proyek dan tidak dapat dikendalikan oleh proyek serta tidak dapat diprediksikan terjadi atau tidak terjadinya.
2. Risiko eksternal dapat diprediksi
Yaitu risiko yang berasal dari luar proyek dan tidak dapat dikendalikan oleh manajemen proyek namun dapat diprediksikan terjadi atau tidak terjadinya berdasarkan gejala-gejala yang ada sebelumnya.
3. Risiko internal non-teknis
Yaitu risiko yang berasal dari dalam lingkup proyek akibat keputusan-keputusan yang diambil manajemen proyek dan menyangkut semua hal di luar proses kegiatan fisik proyek.
4. Risiko internal teknis
Yaitu risiko yang berasal dari dalam lingkup proyek akibat keputusan-keputusan yang diambil manajemen proyek dan menyangkut semua hal yang berhubungan dengan proses kegiatan fisik.
5. Risiko legal
Risiko legal adalah risiko yang berhubungan dengan aspek hukum dalam proyek.

Variabel-variabel yang ditemukan dalam risiko ditetapkan sebagai variabel bebas / independen (X1, X2, X3,...dst), pengertiannya adalah variabel yang menjadi sebab perubahannya / timbulnya variabel terikat. Sumber-sumber risiko dan item-item risiko diambil dari risiko yang diidentifikasi menurut PMI, Jaminan Pokok dan Jaminan Tambahan CAR, dan dari literatur-literatur yang disarikan yang berlaku untuk proyek konstruksi pada umumnya. Daftar tersebut ditambah dengan hasil pengalaman peneliti.

B. Sasaran proyek pembangunan
Secara konseptual sasaran proyek merupakan kondisi yang ingin dicapai proyek di akhir masa pelaksanaan proyek dan dijadikan acuan selama proses pelaksanaan proyek. Dalam operasional dimensi sasaran proyek adalah pencapaian sasaran proyek. Indikator tercapainya sasaran proyek adalah diselesaikannya proyek dengan tepat biaya. tepat waktu, dan tepat mutu.


3.5. Data yang diperlukan
Pengertian data adalah fakta dan angka yang secara relatif tidak berarti bagi pemakai. Data dapat berubah menjadi informasi yang berarti apabila diproses.

A. Data primer
Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama. Data primer yang dikumpulkan dapat berupa persepsi mengenai penting atau tidaknya risiko-risiko pada pelaksanaan kegiatan konstruksi sebagai variabel penelitian. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi langsung atau menggunakan penyebaran angket, yaitu cara pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden (nara sumber). Disamping itu untuk lebih memperdalam kajian dapat digunakan pula teknik wawancara dengan nara sumber atau key-perseon. Respondennya adalah pimpinan perusahaan, manajer pemasaran, dan manajer proyek/ operasi.

B. Data sekunder
Data sekunder adalah data berbentuk naskah tertulis atau dokumen yang telah diolah lebih lanjut clan disajikan oleh pihak-pihak tertentu. Data sekunder dalam penelitian dapat diperoleh dari data-data yang tersedia di perusahaan-perusahaan jasa konstruksi, asosiasi yang mewadahi, data di lingkungan lembaga pemerintahan, serta sumber lain yang relevan.

3.6. Pengukuran Variabel

3.6.1. Variabel Bebas
Untuk pengukuran persepsi responden mengenai penting atau tidaknya risiko-risiko sebagai variabel penelitian digunakan Skala Likert. Data ini merupakan data kualitatif yang dikuantitatifkan sehingga berbentuk skala interval. Skor yang digunakan adalah 1 sampai 5 dengan penjelasan sebagai berikut.
Sangat penting : Skor 5
Penting : Skor 4
Cukup : Skor 3
Tidak penting : Skor 2
Sangat tidak penting : Skor 1

Untuk mengukur frekuensi terjadi atau taraf keburukan item-item risiko digunakan Skala interval. Pengukuran item risiko yang dapat diukur frekuensi terjadinya semisal risiko banjir adalah sebagai berikut.
- Tidak pernah terjadi/terjadi 0 kali : Skor 1
- Pernah terjadi/terjadi 1 kali : Skor 2
- Sering terjadi/terjadi lebih dari 1 kali : Skor 3

Untuk beberapa item risiko lain yang tidak dapat diukur frekuensinya semisal risiko iklim politik negara yang buruk, yang diukur adalah taraf keburukannya yaitu:
- Tidak terjadi : Skor 1
- Terjadi dengan kondisi buruk : Skor 2
- Terjadi dengan kondisi sangat buruk : Skor 3

3.6.2. Variabel Terikat

Data untuk variabel sasaran proyek (variabel terikat Y) merupakan data kuantitatif dengan skala rasio. Karena satuan yang digunakan tidak sama maka data ini perlu dikonversikan menjadi data interval. Digunakan data interval dengan skala 1 sampai 5.
Metode konversi skala ditunjukkan dengan contoh untuk data deviasi biaya/kontribusi berikut.

Data tertinggi = 4%
Data terendah = -1%
Jangkauan data = 4% - (-1 %) = 5%

Jumlah kelas = 5 (ditentukan)
Interval = 5% / 5 = 1%
Skala = 1 (positif besar) 4% s/d 4% - 1% = 4% s/d 3%
= 2 (positif) 3% s/d 3% - 1% = 3% s/d 2%
3 (sesuai rencana) 2% s/d 2% - 1% = 2% s/d 1 %
4 (negatif) 1% s/d 1% - 1% = 1 % s/d 0%
5 (negatif besar) 0% s/d 0% - (-1%) = 0% s/d -1%


3.7. Instrumen Pengumpulan Data (Kuesioner)

Alat untuk mendapatkan data disebut instrumen. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner adalah gabungan dari bentuk checklist dan pilihan ganda. Berikut ini dijelaskan proses penyusunan kuesioner agar dapat menjadi alat ukur yang akurat.

3.7.1. Penyusunan Kuesioner
Langkah-langkah penyusunan instrumen dapat diawali dengan penjabaran menjadi variabel, indikator, dan komponen-komponennya. Komponen terendah penjabaran variabel dijadikan sebagai butir-butir pertanyaan. Seluruh butir pertanyaan yang telah selesai disusun ditempatkan dalam lembaran instrumen kuesioner. Butir-butir dalam kuesioner berisi item-item risiko dan sasaran proyek/ kegiatan sesuai dengan hasil pendefinisian variabel. Bagian kanan berisi kolom check-list.
Kuesioner harus mudah dimengerti atau dipahami responden, tidak menimbulkan persepsi bias, dan mudah pengisiannya. Kuesioner disertai penjelasan agar memudahkan responden dalam mengisinya. Kuesioner dibuat dengan susunan yang teratur, tulisan yang jelas, dan dicetak dalam bentuk yang bagus.

Tabel 3. Definisi Konsep dan Variabel

Variabel bebas

Konsep Variabel Indikator

Resiko Ekternal tidak dapat diprediksi Perubahan kebijakanlperaturan pemerintah
Pergolakan sosial dan politik
Acts of God dan natural hazard
Eksternal dapat diprediksi Kondisi perekonomian negara yg kurang baik
Masalah dalam penyediaan sumberdaya (material; tenaga kerja; alat)
Kondisi owner yang kurang mendukung
Kondisi perusahan /cabang yang kurang baik
Retribusi di luar dugaan
Internal non-teknis Kondisi keuangan proyek yang buruk
Kondisi waktu pelaksanaan proyek yang buruk
K3
Kondisi SDM proyek yang kurang baik
Kecurangan; kelalaian; ketidakjujuran
Risiko akibat pihak ke tiga
Kerusakan alat; properti; fisik proyek
Internal teknis Tidak dipenuhinya spesifikasi teknis
Hal-hal teknis proyek yang mengalami perubahan dari owner
Masalah teknologi/metode konstruksi
Masalah kondisi fisik aktual yang ditemui di lapangan
Legal Masalah kontrak dan pasal-pasalnya
Tuntutan hukum
Perizinan dan pembebasan lahan






VARIABEL TERIKAT


Konsep Dimensi / Variabel (Y) Indikator Item
Sasaran proyek Pencapaian sasaran proyek Tepat biaya Deviasi biaya proyek
Tepat waktu Deviasi durasi proyek
Tepat mutu Jumlah item Non-conformity
Product (NC-Product)


3.7.2 Validitas dan Reliabilitas

Tujuan pembuatan kuesioner adalah mendapatkan informasi yang relevan dengan tujuan survei dan tingkat keandalan (reliability) serta keabsahan atau validitas validity setinggi mungkin. Validitas berkaitan dengan pengertian apakah instrumen yang digunakan untuk mengukur “sesuatu” dapat mengukur secara tepat “sesuatu” yang diukur. Uji Validitas Sejalan akan menguji apakah item-item pertanyaan dalam kuesioner telah mencerminkan apa yang diteliti atau mampu mengukur variabel dalam penelitian, uji ini dilakukan dengan Teknik Korelasi Product Moment (r). Kriteria pengujian yang digunakan adalah:
- Valid jika r  r-kritis (: 1% / 5%)
- Tidak valid jika jika r  r-kritis (: 1% / 5%)

Reliabilitas berkaitan dengan pengertian apakah instrumen yang dimaksudkan untuk mengukur “sesuatu” itu dapat mengukur “sesuatu” yang akan diukur tersebut secara konsisten dari waktu ke waktu. Teknik Uji Reliabilitas yang dapat digunakan adalah teknik Konsistensi Internal dengan Metode Stabilitas Alpha Cronbach, menggunakan coefisien reliabilitas r. Kriteria pengujian yang digunakan adalah:

- Reliabel jika r > 0,6
- Tidak Reliabel jika r < 0,6


3.8. Pengolahan Data.

Pengolahan data untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam penelitian sebagaimana yang dijelaskan dalam rumusan masalah dapat dijelaskan sebagai berikut.

3.8.1. Analisa Deskriptif
Analisa ini berguna untuk mendapatkan informasi yang bersifat deskriptif nengenai variabel-variabel penelitian. Statistik deskriptif dimaksudkan untuk menganalisa data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat suatu kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Sehingga jenis analisis ini bersifat mendukung analisis data selanjutnya. Deskripsi disajikan dengan distribusi frekuensi data dan hasilnya ditabulasikan dalam tabel frekuensi.

3.8.2 Analisa Faktor
Variabel-variabel risiko yang telah diinventarisasi sebelumnya diuji sebagai faktor-faktor yang signifikan merupakan risiko-risiko baik pada bidang usaha jasa konstruksi secara umum maupun pada proyek yang dikerjakan secara khusus. Analisa ini menggunakan data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner mengenai penting atau tidaknya risiko-risiko tersebut sebagai variabel. Alat analisa statistik yang digunakan adalah Analisa Faktor. Hasil akhirnya adalah risiko-risiko positif/signifikan pada proyek konstruksi dalam bentuk kelompok-kelompok (faktor-faktor) yang ditetapkan sebagai variabel. Analisa data dapat dilakukan dengan menggunakan paket program statistik SPSS release 11.0 for Windows.
Analisa faktor adalah prosedur yang digunakan untuk mereduksi dan meringkas data berupa banyak variabel yang memiliki korelasi satu sama lain sampai tingkatan yang memungkinkan untuk diolah lebih lanjut. Fungsi Analisa Faktor adalah sebagai berikut (Wibisono, 2000).
a. Menentukan himpunan dari dimensi yang tidak mudah diamati dalam himpunan variabel.
b. Mengidentifikasikan variabel-variabel yang akan digunakan ke dalam analisa lanjutan (regresi, korelasi, atau diskriminan).
c. Membentuk himpunan dari variabel (dengan jumlah lebih sedikit) untuk menggantikan (sebagian/seluruh) himpunan variabel awal.
d. Menganalisa suatu fenomena dengan data yang sangat besar.
e. Menjabarkan/menguraikan suatu kaitan kompleks di antara fenomena ke dalam fungsi kesatuan-kesatuan

Proses analisa faktor adalah menghitung korelasi antar variabel-variabel manifes yang akan diolah membentuk variabel laten (Gambar 2). Dari semua variabel manifes yang diolah beberapa di antarnya akan diagregasikan ke dalam sejumlah variabel laten yang lebih sedikit. Variabel manifes diwakili oleh satu item pertanyaan dalam kuesioner. Langkah-langkah Analisa Faktor adalah sebagai berikut (Gambar 3).











Gambar 2. Hubungan antara Variabel Laten, Manifes, dan Item Pertanyaan



























Gambar 3. Langkah-langkah Analisa Faktor (Malhotra, 1996)


I. Merumuskan masalah
Dalam perumusan masalah perlu dilakukan perumusan tujuan analisa faktor dan variabel-variabel secara jelas. Variabel-variabel dan data yang diperoleh dimasukkan ke dalam model analisa faktor dalam menu SPSS release 11.0 for Windows.

II. Membuat matriks korelasi
Semua data yang masuk dan diolah akan menghasilkan matriks korelasi. Dengan matriks korelasi a.kan dapat diidentifikasikan variabel-variabel tertentu yang tidak mempunyai korelasi dengan variabei lain sehingga perlu dikeluarkan dari analisa. Pada tahap ini juga dapat diketahui variabel-variabel yang memiliki nilai komunalitas yaitu variabel dengan koefisien lebih tinggi dari 0,5 dan variabel tersebut dianalisa lebih lanjut dengan menggunakan Bartlett's Test of Spherity yang berfungsi melihat signifikansi variabel dalam faktor. Kemudian digunakan Uji Kaiser-Meyer-Olkin untuk mengetahui kecukupan nilai loading variabel yang diterima oleh model faktor. Ukuran ketepatan uji ini terdapat pada Tabel 6.

Tabel 3. Ukuran ketepatan Kaiser- Meyer-Olkin

Ukuran KMO Rekomendasi
> 0,9 Baik sekali
> 0,8 Baik
> 0,7 Sedang/agak baik
> 0,6 Cukup
> 0,5 Kurang
< 0,5 Ditolak
Sumber: Sharma (1996)

III. Rotasi faktor

Hasil penyederhanaan faktor dalam matriks faktor memperlihatkan hubungan antara faktor dengan variabel, tetapi dalam faktor-faktor tersebut terdapat banyak variabel yang berkorelasi sehingga sulit diinterpretasikan. Dengan menggunakan rotasi faktor matriks, matriks faktor ditransformasikan ke dalam matriks yang lebih sederhana sehingga mudah untuk diinterpretasikan . Dalam penelitian ini digunakan rotasi varimax.

IV. Interpretasi faktor
Interpretasi faktor dapat dilakukan dengan mengelompokkan variabel yang mempunyai faktor loading tinggi ke dalam faktor tersebut. Untuk interpretasi hasil perilaku ini variabel yang mempunyai faktor loading kurang dari 0,5 akan dikeluarkan dari model. Yang dilakukan di sini adalah:
a. Perhitungan skor faktor, dimaksudkan untuk mencari nilai faktor yang dapat digunakan untuk analisa multivariate.
b. Penyelesaian surrogate variabel, dimaksudkan untuk mencari salah satu variabel dalam setiap faktor sebagai wakil dari masing-masing faktor. Pemilihan ini berdasarkan nilai pada faktor loading tertinggi.

V. Menentukan ketepatan model
Tahap terakhir analisa faktor adalah mengetahui apakah model mampu menjelaskan dengan baik. Fenomena data yang ada perlu diuji dengan teknik Principal Component Analysis (PCA) yaitu dengan melihat jumlah residual antara korelasi yang diamati dengan korelasi yang diproduksi. Apabila nilai residual semakin tinggi di atas 0,05 maka semakin buruk kemampuan model untuk menjelaskan fenomena yang ada.

3.8.3. Analisa Regresi

Setelah didapat risiko-risiko yang signifikan pada pelaksanaan proyek dan pengelompokannya langkah selanjutnya adalah menganalisa sejauhmana kelompokkelompok risiko ini berpengaruh negatif bagi sasaran proyek. Analisa ini menggunakan data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner mengenai pendapat responden tentang frekuensi terjadi atau taraf keburukan item-item risiko.
Dalam tahap ini dilakukan pengujian apakah kelompok-kelompok (faktor-faktor) risiko sebagai variabel risiko (X) memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap variabel sasaran proyek (Y) secara simultan dan secara parsial. Pengaruh secara simultan akan menjawab pengaruh risiko secara keseluruhan pada pencapaian sasaran proyek. Pengaruh secara parsial akan menjawab pengaruh masing-masing kelompok risiko pada pencapaian sasaran proyek.
Untuk menganalisa pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat ini digunakan alat analisa statistik berupa Analisa Regresi. Analisis Regresi adalah:
"Studi mengenai ketergantungan satu variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (bebas) dengan tujuan mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui."

Analisa data menggunakan paket program statistik SPSS release 11.0 for Windows. Berikut ini dijelaskan masing-masing analisa terebut.

A. Pengaruh secara simultan
Pengarus secara simultan diselesaikan dengan Analisa Regresi Linier Berganda. Analisa Regresi Berganda digunakan untuk menjelaskan hubungan dua atau lebih variabel bebas dengan satu variabel terikat. Modelnya adalah sebagai berikut:

Y = a+b1X1 +b2X2 +b3X3 +..... +b„X„ +e

Di mana:

Y = Variabel terikat = Sasaran proyek/ kegiatan
Xn = Variabel bebas/prediktor n = Kelompok risiko n
a = Konstanta/intersep
bn = Koefisien prediktor / koefisien regresi Xn (menunjukkan angka peningkatan/ penurunan variabel terikat akibat dari perubahan variabel bebas)
e = Error terms =kesalahan acak.


Analisa Regresi Berganda digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.
- Apakah ada/tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat? Pertanyaan ini dijawab dengan uji hipotesis nilai statistik F-test.
- Seberapa besar variabel terikat dapat dijelaskan oleh seluruh variabel bebas?

Pertanyaan ini dapat dijawab dengan nilai Koefisien Determinasi (R2) yang didapat dari tabel hasil perhitungan. R2 dapat bernilai antara 0 dan 1. Semakin besar nilai R2 berarti semakin besar kemampuannya dalam menjelaskan.

B. Pengaruh Secara Parsial
Pengaruh secara parsial diselesaikan dengan Analisa Regresi Linear Sederhana yang menjelaskan hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel bebas dengan satu variabel terikat. Modelnya adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2000).

Y=a+b.X

Di mana:

Y = Variabel terikat = Sasaran proyek
X = Variabel bebas/prediktor = Kelompok-kelompok risiko
a = Konstanta/intersep
b = Koefisien prediktor/koefisien regresi (menunjukkan angka peningkatan/penurunan variabel terikat berdasarkan variabel bebas)

Analisa Regresi Berganda digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyan berikut (Kuncoro, 2001)
- Manakah diantara variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat ?
Pertanyaan ini dijawab dengan uji hipotesis nilai statistik F-test.
- Apakah semakin besar variabel bebas, variabel terikat akan semakin besar juga? Pertanyaan ini dijawab dengan melihat nilai Koetisien Regresi (B). jika bernilai positif berarti semakin besar variabel bebas, variabel terikat akan semakin besar.
- Seberapa jauh variabel terikat mampu dijelaskan oleh variabel bebas?

Pertanyaan ini dijawab dengan meninjau Koefisien r2. Variabel bebas yang memiliki pengaruh paling besar adalah yang memiliki nilai r2 terbesar.

3.8.4. Analisa Jalur.
Untuk mengetahui hubungan yang lebih mendalam antara variabel-variabel risiko, variabel sasaran proyek yang meliputi biaya, waktu, dan mutu serta kaitannya dengan sasaran perusahaan secara menyeluruh, maka dalam penelitian ini digunakan pula teknik analisis jalur (path)
Proyek Software adalah manajemen proyek yang berfokus hanya pada membuat dan mengupdate software. Sifat manajemen proyek haruslah seperti berikut ini:
- Menyeselsaikan masalah,
- Mengerjakan sesuatu hingga selesai,
- Memiliki batas waktu mulai dan selesainya,
- Membutuhkan resource/sumber daya dan waktu,
- Bagi beberapa orang merupakan kesempatan/opportunity dan menarik.

Untuk itu sebuah proyek software perlu di menej. Manajemen itu berupa persiapan pekerjaan, pelaksanaan rencana, mengendalikan proyek tersebut dan terakhir menutup proyek dengan sebuah kesimpulan, yaitu sukses. Secara lebih sistematis, tahapan-tahapan proyek dapat tergambarkan sebagai berikut:

Figure 1 Tahapan-tahapan Proyek

1. Initiating: proyek sedang dalam proses untuk dipilih/disetujui, disponsori, didanai, dan diluncurkan.
2. Planning: perencanaan adalah proses yang berulang (perhatikan gambar). Perencanaan pada dasarnya menggambarkan proses bagaimana proyek akan dilaksanakan hingga selesai.
3. Executing: setelah proyek direncanakan, tim proyek memulai pekerjaannya.
4. Controlling: selama tim proyek mengerjakan tugasnya, project manager mengontrolnya.
5. Closing: setelah proyek diselesaikan project manager akan menutup proyek software.

Banyak proyek gagal di awal, bukan di akhir. Artinya, persiapan adalah bagian yang sangat penting bagi proyek software. Persiapan diwujudkan dalam bentuk perencanaan proyek. Tulisan ini menjelaskan point kedua yaitu Planning.

Tujuan Perencanaan Proyek
Perencanaan proyek Rekayasa Perangkat Lunak dari berbagai sudut pandang kurang lebih memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Bagi Project Manager:
a. untuk menggambarkan status proyek kepada manajer senior dan stakeholder,
b. untuk merencanakan aktivitas tim proyek.
2. Bagi anggota Tim Proyek: untuk memahami konteks pekerjaan.
3. Bagi Manajer Senior:
a. untuk memastikan apakah biaya dan waktu yang dialokasikan masuk akal dan terkendali,
b. untuk melihat apakah proyek dilaksanakan secara efisien dan cost effective.
4. Bagi Stakeholder:
a. untuk memastikan apakah proyek masih berada pada jalurnya,
b. untuk memastikan kebutuhan mereka sedang diakomodir oleh proyek.

Perencanaan proyek rekayasa perangkat lunak membahas berbagai tindakan atau pekerjaan yang perlu dilakukan oleh semua yang terlibat di dalam proyek, termasuk dokumen-dokumen yang sebaiknya dibuat. Dokumen Perencanaan Proyek Rekayasa Perangkat Lunak akan terdiri atas sub-sub dokumen berikut ini:
1. Vision and Scope
2. Statement of Work
3. Resource List
4. Work Breakdown Structure
5. Project Schedule
6. Risk Plan

Berikutnya tiap-tiap dokumen tersebut akan dibahas secara lebih terperinci.

Vision and Scope
Dokumen ini adalah hasil kerja pertama dari seorang project manager. Berikutnya dokumen ini akan menjadi tool utama bagi project manager untuk acuan bagi dokumen-dokumen dan proses-proses berikutnya. Dokumen Vision and Scope yang baik dapat mencegah terjadinya masalah-masalah yang dapat memakan biaya yang besar. Dengan menunjukkan dokumen ini, baik kepada stakeholder maupun anggota tim proyek, diharapkan pemahaman yang sama tentang proyek yang sedang berjalan dapat diraih. Dokumen ini dapat dibagi menjadi dua bagian,yaitu:

1. Problem Statement
Bagian Problem Statement terdiri atas empat sub bab, antara lain:
a. Latar belakang proyek
Sub bab ini menceritakan dengan cukup mendalam baik latar belakang masalah maupun penjelasan mengenai mengapa organisasi memutuskan untuk membangun software untuk mengatasi masalah tersebut. Pada sub bab ini diceritakan sebab munculnya masalah, sejarah organisasi dengan permasalahan tersebut dan mengapa akhirnya diputuskan untuk membangun software yang diproyekkan.
b. Stakeholder
Pada sub bab ini akan diberikan daftar stakeholder yang dilibatkan dalam proyek. Mulai dari customer hingga manajer-manajer senior. Stakeholder ini bisa berupa nama atau jabatan. Tim proyek harus paham dengan siapa mereka bekerja dan apa bidang kerja mereka. Daftar juga dilengkapi dengan alasan dicantumkannya stakeholder tersebut. Untuk proyek-proyek besar tentu saja pencantuman nama tidak relevan karena akan menjadi terlalu panjang daftarnya.
c. Pengguna
Sub bab ini berisi daftar calon pengguna software. Sama dengan stakeholder, bisa berupa nama atau jabatan. Daftar juga dilengkapi dengan alasan dicantumkannya pengguna tersebut.
d. Resiko
Sub bab ini akan diisi dengan faktor-faktor yang mungkin menjadi pemicu munculnya masalah, seperti keterlambatan dan permasalahan lain. Resiko yang dimaksud pada sub bab ini bisa faktor internal maupun eksternal.
2. Vision of the Solution
Bagian Vision of the Solution juga akan terdiri atas empat sub bab, yaitu:
a. Vision statement
Tujuan vision statement adalah menggambarkan apa yang ingin dicapai setelah proyek berjalan. Di dalam sub bab ini disebutkan faktor-faktor apa yang harus terpenuhi untuk menandakan kapan proyek dinyatakan selesai. Selain itu tujuan dari proyek juga harus jelas disebutkan di dalam sub bab ini. Waktu terbaik untuk membuat vision statement adalah setelah tim melakukan proses Requirement Engineering.
Gambaran produk yang ingin dicapai tersebut akan menjadi batasan ruang lingkup (scope) yang harus diperhatikan oleh semua pihak yang terlibat di dalam project. Ruang lingkup ini membutuhkan biaya dan waktu tertentu. Project manager yang baik akan mempersembahkan software tepat seperti yang telah dijanjikan kepada stakeholder dan user, tepat pada waktunya dengan menghabiskan biaya (menerima bayaran) tepat sama dengan perjanjiannya dengan customer.
Mungkin ada pendapat bahwa memberikan sedikit bonus fungsi terhadap software, dengan asumsi bahwa stakeholder atau user akan menyukainya, maka pendapat itu adalah kesalahan. Antara ruang lingkup, waktu dan biaya/harga harus ada keseimbangan. Jika ada penambahan pada ruang lingkup, maka seharusnya ada penambahan waktu atau biaya, jika tidak maka akan menyebabkan ketidak adilan bagi tim proyek/pengembang. Begitu juga sebaliknya. Perubahan ruang lingkup mestinya diatur dengan Change Control System.
b. Daftar fitur
Sebuah paket software umumnya dapat dibagi-bagi menjadi beberapa fitur. Jumlah yang umumnya dapat diterima adalah sekitar sepuluh fitur. Jumlah ini sudah cukup menggambarkan kompleksitas software namun tetap nyaman dibaca oleh tim pengembang. Tiap fitur sebaiknya ditulis dalam paragraph yang terpisah atau dalam bentuk pointer-pointer. Deskripsi fitur-fitur ini tidak perlu sangat detil, cukup beberapa kalimat yang menggambarkan penjelasan umum tentang fitur tersebut. Fitur-fitur ini mungkin mengalami penambahan atau pengurangan, sesuai dengan permintaan stakeholder. Jika perlu, sebuah fitur dapat dilengkapi dengan use case. Namun tentu saja use case dibuat agar cukup simpel untuk dipahami oleh semua stakeholder.
c. Ruang lingkup tiap fase (jika perlu)
Terkadang deadline yang diberikan untuk mengerjakan sebuah proyek software membuat pengerjaan seluruh fitur yang diajukan tidak mungkin selesai. Oleh karenanya dibuat solusi untuk membagi software menjadi beberapa fase rilis. Software akan dirilis pada saat deadline tercapai, namun dengan fitur yang dikurangi. Sedangkan rilis berikutnya lah yang memuat semua fitur.
Fitur-fitur yang ada pada rilis awal seharusnya adalah fitur yang sifatnya lebih penting daripada fitur lainnya, menurut stakeholder. Hal semacam ini perlu dikonsultasikan kepada tim pengembang.
d. Fitur yang tidak akan dibuat
Terkadang stakeholder meminta fitur yang memang harus dibuang/ditinggalkan karena tidak masuk akal untuk diselesaikan dalam waktu yang tersedia, atau karena sebab-sebab lain. Fitur-fitur semacam ini perlu dicantumkan pada sub bab ini. Ini dicantumkan untuk diketahui semua pihak agar ada kesepahaman dan agar semua setuju dengan penghapusan fitur ini.

Statement of Work
Statement of Work adalah dokumen yang menggambarkan semua produk yang akan dihasilkan selama proyek berjalan dan siaa yang akan mengerjakannya. Secara lebih detil, di dalam SOW akan dirinci:
1. Daftar fitur yang akan dibuat; jika software akan dirilis dalam fase-fase, maka fiturnya juga harus dibagi ke dalam fase-fase tersebut.
2. Deskripsi hasil kerja (work product: spesifikasi kebutuhan, source code, test plan, laporan defect, dll) yang akan dibuat.
3. Estimasi usaha setiap work product tersebut.

Estimasi dibutuhkan agar proyek dapat berjalan dan selesai tepat waktu. Project manager perlu membantu timnya untuk membuat estimasi yang tepat. Sebuah pendekatan perlu diambil untuk menyeragamkan teknik estimasi ini. Salah satu teknik estimasi yang dapat dipilih adalah Wideband Delphi. Berikut ini langkah-langkah di dalam Wideband Delhi:
1. Memilih tim estimasi
Project manager memilih seorang moderator dan tim estimasi yang terdiri atas 3 hingga 7 orang. Jika tim yang telah dipilih merasa bahwa dokumen Vision and Scope kurang memberikan informasi, maka project manager harus memperbaiki dokumen tersebut.
2. Kickoff Meeting
Pada rapat ini, tim akan membuat sebuah Work Breakdown Structure dan mendiskusikan berbagai asumsi yang muncul. Langkah-langkah yang dapat dijadikan acuan ketika rapat berlangsung kurang lebih sebagai berikut:
a. Moderator menjelaskan metode Wideband Delphi,
b. Moderator mereview dokumen Vision and Scope dan dokumen-dokumen pendukungnya, jika ada anggota tim yang belum membacanya,
c. Tim mendiskusikan produk yang akan dibuat dengan berbagai asumsinya,
d. Tim membuat 10 hingga 20 pekerjaan utama sebagai representasi pekerjaan level tertinggi pada WBS,
e. Tim mendiskusikan estimasi terhadap WBS (jam, minggu, halaman, dll) tersebut hingga mendapatkan kata sepakat.
3. Individual Preparation
Setelah kicoff meeting tiap anggota berusaha mengestimasi tiap-tiap pekerjaan di dalam WBS secara mandiri. Tahapan ini disebut sebagai Individual Preparation. Sebelumnya, moderator mencatat semua asumsi dan WBS kemudian membagikannya kepada semua anggota tim. Format berikut ini bisa dijadikan acuan untuk mendokumentasikan Individual Preparation.

Figure 2 Dokumen Individual Preparation
4. Estimation Session
Pada rapat ini, anggota tim bersama-sama merevisi estimasi-estimasiyang telah dibuat hingga menemukan kata sepakat. Dokumen berikut dapat dijadikan acuan sebagai contoh untuk membuat dokumentasi selama Estimation Session. Kepada setiap anggota tim akan dibagikan dokumen semacam ini (yang kosong) untuk kemudian direvisi selama jalannya Estimatin Session.

Figure 3 Estimation Form

Berikutnya:
a. Moderator dapat mengumpulkan Estimation Form. Estimasi tersebut kemudian ditabulasikan di papan tulis kemudian ditunjukkan kepada hadiri. Tabulasi tersebut dapat berbentuk seperti berikut:

Figure 4 Estimasi awal

Estimation Form kemudian dikembalikan kepada anggota tim.
b. Anggota kemudian akan melihat tabulasi tersebut. Jika diskusi meminta perubahan estimasi, maka perubahan tersebut dapat langsung dituliskan pada Estimation Form yang ada di tangan setiap anggota tim.
c. Anggota tim mungkin akan menyampaikan perbedaanpendapat. Tetapi di dalam rapat ini tidak akan dibahas estimasi individu. Jadi yang mungkin diperdebatkan justru pekerjaannya. Tahap ini mugkin terbagi menjadi dua sesi, sesi pertama 40 menit dan sesi kedua 20 menit.
d. Rapat akan merevisi estimasi individu dengan mengisikan kolom Delta berikutnya pada form Estimation Form. Isinya bisa +3, +2, -4 dsb. Nilai total barunya akan dituliskan pada bagian bawah form.

Tahap-tahap di atas dapat berulang hingga selesai, yaitu jika semua anggota tim menyetujui estimasi hasil rapat, atau jika rapat sudah berlangsung selama dua jam. Hasilnya akan menghasilkan tabulasi estimasi seperti berikut:

Figure 5 Estimasi akhir

5. Review
Project manager akan meringkas, mengkompail kemudian mereview hasil estimasi untuk kemudian digunakan sebagai dasar perencanaan proyek software.

Resource List
Resource list adalah daftar resource/sumber daya yang digunakan selama proyek berlangsung. Daftar ini berisi apa saja yang dibutuhkan berdasarkan jadwal proyek dengan mencantumkan deskripsi resource tersebut serta limit ketersediaan resource tersebut. Daftar semacam ini umumnya dapat dibuat menggunakan software manajemen proyek. Tetapi bisa juga dibuat dengan worksheet atau word processor. Setelah SOW dan Resource List dibuat, seorang project manager harus membuat jadwal proyek (project schedule). Ini bisa dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
1. Membuat Work Breakdown Structure
2. Estimasi usaha yang dibutuhkan oleh setiap pekerjaan pada WBS
3. Project schedule dibuat dengan mengalokasikan resource dan waktu, berdasarkan kalender, untuk tiap pekerjaan pada WBS.

Jika WBS mengalami revisi (setelah melakukan estimasi, misalnya), misalnya penambahan, perubahan atau penghapusan pekerjaan, maka revisi ini harus tercatat di dalam dokumen Project Plan dengan disertai dengan keterangan waktu kapan dibuatnya perubahan tersebut.

Work Breakdown Structure
Work Breakdown Structure, disingkat WBS, berisi daftar pekerjaan yang jika diselesaikan akan menghasilkan work product. WBS menyebutkan:
1. Apa saja pekerjaan yang akan dilakukan,
2. Tipe-tipe resource yang dibutuhkan untuk bekerja,
3. Estimasi tiap elemen pekerjaan,
4. Identifikasi lokasi penyimpanan.

Tetapi tidak mencantumkan:
1. Siapa yang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan itu,
2. Dan kapan pekerjaan itu akan diselesaikan.

Project Schedule
Project Schedule atau jadwal proyek dibuat oleh project manager untuk mengatur manusia di dalam proyek dan menunjukkan kepada organisasi bagaimana pekerjaan (proyek) akan dilaksanakan. Ini adalah alat untuk memantau (bagi project manager) apakah proyek dan tim masih terkendali atau tidak.

Project schedule berbentuk kalender yang dihubungkan dengan pekerjaan yang harus dikerjakan dan daftar resource yang dibutuhkan. Sebelum jadwal dibuat, WBS harus terlebih dahulu ada, jika tidak maka jadwal tersebut akan terkesan mengada-ada.

Untuk membuat project schedule, ada beberapa software yang bisa dijadikan pilihan. Pilihan software yang gratis dan open source antara lain: Open Workbench, dotProject, netOffice dan Tutos. Beberapa hal perlu diperhatikan ketika membuat project schedule, seperti:
1. Alokasi resource pada tiap pekerjaan,
Resource bisa berupa berbagai hal seperti manusia, barang, peralatan (komputer, proyektor, dll), tempat (ruang rapat, misalnya) atau layanan (seperti training atau tim pendukung out source) yang dibutuhkan dan mungkin ketersediaannya terbatas. Bagaimanapun juga resource yang utama adalah manusia.
Pertama, project manager akan mengalokasikan orang(-orang) tertentu untuk suatu pekerjaan. Kemudian, selama pekerjaan tersebut berlangsung, orang tersebut mungkin menjadi terlalu sibuk sehingga tidak bisa dialokasikan untuk pekerjaan lainnya. Perhatikan bahwa pemilihan pelaku perlu disesuaikan dengan kemampuan dan berbagai hal lain karena ada pekerjaan yang dapat dilakukan oleh siapa saja, tetapi umumnya pekerjaan hanya dapat dikerjakan oleh satu atau beberapa orang saja.
2. Identifikasikan setiap ketergantungan,
Sebuah pekerjaan disebut memiliki ketergantungan jika melibatkan aktivitas, resource atau work product yang dihasilkan pekerjaan/aktivitas lain. Contoh: test plan tidak mungkin dilaksanakan selama software belum diimplementasikan/ditulis, program baru dapat ditulis setelah class atau modul dibuat dan dideskripsikan pada tahapan desain.
Tiap pekerjaan pada WBS perlu diberi nomor, dengan angka tersebut bergantung pada nomor pekerjaan syaratnya. Berikut ini adalah sedikit gambaran tentang bagaimana suatu pekerjaan menjadi tergantung pada pekerjaan lainnya.

3. Buat jadwalnya
Tiap pekerjaan juga memiliki jangka waktu pekerjaan. Dengan demikian jadwal bisa dibuat, contoh:

Tiap pekerjaan ditunjukkan dengan kotak, sedangkan ketergantungan antar pekerjaan ditunjukkan dengan gambar panah. Kotak hitam berbentuk wajik antara D dan E (pada gambar di atas) disebut milestone atau pekerjaan tanpa durasi. Milestone digunakan untuk menunjukkan kejadian penting pada jadwal. Sedangkan kotak hitam panjang antara C dan D yang juga mengandung potongan wajik menunjukkan summary task atau dua sub pekerjaan yang memiliki induk yang sama.
Jadwal bisa dibuat dalam bentuk Gantt Chart, PERT atau diagram semacamnya.
Contoh Gantt Chart yang dibuat dengan sebuah tool manajemen proyek:

Risk Plan
Risk plan adalah daftar resiko/masalah yang mungkin terjadi selama proyek berlangsung dan bagaimana menangani terjadinya resiko tersebut. Bagaimanapun juga ketidakpastian adalah musuh semua rencana, termasuk rencana proyek. Terkadang ada saja waktu-waktu yang tidak menyenangkan bagi proyek, banyak kesulitan terjadi misalnya suatu resource tiba-tiba tidak tersedia. Oleh karenanya risk plan adalah persiapan terbaik menghadapi ketidakpastian.

Langkah-langkah berikut dapat menjadi acuan untuk mendapatkan Risk Plan:
1. Pembahasan resiko potensial
Project manager akan memimpin sebuah sesi/rapat untuk mengidentifikasikan masalah-masalah yang mungkin akan muncul. Anggota tim akan dipancing untuk mengemukakan resiko-resiko yang terpikirkan. Project manager akan menuliskannya di papan tulis setiap ada yang mengemukakan pendapat yang relevan. Sedikit pendapat mungkin akan muncul pada awalnya, kemudian berlanjut dengan tanggapan yang susul-menyusul hingga akhirnya suasana mendingin sampai akhirnya pendapat terakhir diutarakan.
Resiko yang dimaksud di sini adalah resiko spesifik. Jika suatu resiko dirasa belum spesifik maka project manager akan memancing agar permasalahan disampaikan secara lebih spesifik. Sumber masalah yang baik lainnya adah asumsi-asumsi yang muncul ketika membuat Vision and Scope dan melakukan estimasi dengan metode Wideband Dephi.
2. Estimasi dampat tiap resiko/masalah
Tim akan memberikan rating untuk setiap resiko. Nilainya berkisar dari 1 (masalah dengan resiko kecil) hingga 5 (masalah dengan resiko besar, kemungkinan munculnya besar, mungkin menghabiskan biaya besar dan sulit untuk membereskannya).
3. Buat sebuah risk plan
Tim akan mengidentifikasi langkah-langkah yang akan di ambil untuk mengatasi masalah-masalah yang akan muncul tersebut, dimulai dari resiko bernilai 5.